Sungai Penuh. Wakil Bupati Kerinci Zainal  Abidin,SH,MH himbau warga 3 desa di Kawasan Pungut Kecamatan Air  Hangat Timur Kabupaten Kerinci untuk tetap merawat dan melestarikan tanaman Pinus atau Kayu Sigi yang hanya dapat hidup d  Pungut Kabupaten Kerinci.
Zainal Abidin,MH-Wakil Bupati Kerinci
 Hal ini disampaikan  Wakil Bupati Kerinci Zainal Abidin,SH,MH dalam wawancara khusus dengan wartawan media ini kemaren, Pinus strain Kerinci atau kayu sigi  merupakan salah satu dari  4000 jenis flora endemik Kerinci dan berada di dalam kawasan TNKS, tanaman kayu sigi  hidup dan tumbuh subur di kawasan Pungut Mudik dan sekitarya, dan tidal bisa tumbuh di daerah lain “Kata Zainal Abidin,SH,MH”
Sebuah sumber  menyebutkan  bahwa pinus yang tumbuh secara alami di indonesia  hanyalah  pinus merkusi yang hanya terdapat d  3 tiga daerah di Pulau Sumatera . yaitu Kerinci, Tapanuli, dan Aceh. Oleh Lamb dan Cooling ketiganya dinamakan strain, namun ada juga yang menganggapnya  provenansidan bahkan untuk strain Kerinci disebut juga sebagai "galur" Kerinci yang secara alami dapat dijumpai di wilayah kerja Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), khususnya pada dataran tinggi di Bukit Tapan, Pungut Mudik, Pungut Ilir, Pungut Tengah, Gunung Tebakar, dan tempat tumbuh alami lainnya yang belum diketahui secara pasti dan jumlah individu pohon dalam populasinya sangat sedikit.
Pinus  merkusii strain Kerinci ditemukan oleh Cordes (1867) dengan nama daerah "sigi" dan dapat ditemukan tumbuh pada ketinggian  1.010 mdpl  sampai .206 mdpl. Merupakan satunya Pinus merkusii yang penyebarannya terdapat di belahan bumi selatan, menurut Zainal Abdin,SH.MH, Kayu Sigi yang selama ini tumbuh dnn hidup secara alami di daerah Pungut saat ini jumlahnya  mulai berkurang  dan saya minta agar masyarakat Pungut untuk tetap merawat dan melakukan budidaya  agar kayu sigi khas Kerinci ini tidak punah karena Sigi satu satu daerah tumbuhnya hanya di Pungut Kabupaten Kerinci.
Nurul Anggraini Pratiwi Mahasiswi STKS Bandung
Mmenjawab pertanyaan Zainal Abidin menyebutkan bahwa pada masa  perjuangan  menentang  Kolonial Bellanda pada dekade 1903 dan pada Masa Agresi Pisik  Kawasan Hutan Belantara di Pungut merupakan basis gerilya dan tempat yang paling aman bagi pejuanh dan gerilyawan untuk menyelamatkan diri dari kejaran musuh.
Sebuah catatan sejarah  menyebutkan  bahwa  pada masa perang Sultan Taha dan Perang Rakyat Kerinci pada tahun 1903 melawan kolonial Belanda  salah seorang pejuang dan Kerabat Sultan Taha  yakni Pangeran H Umar  pernah bertahun tahun melarikan diri dari kejara musuk dan bersama rakyat Kerinci melakukan pertempuran secara gerilya mulai dari Tanah Tumbuh  hingga ke Pungut mudik, konon  menurut  sebuah sumber H.Umar gugur di tembak Belanda di dimakamkan di Pungut Mudik, sumber  menyebutkan Jirat atau makam H.Umar  ada di Pungut Mudik dan sebuah jubah milik H.Umar betuliskan huruf Arab hingga saat ini masih di simpan oleh Keluarga Depati Gunah di Pungut Mudik.
Belanda yang marah akibat sepak terjang H Umar dan para pejuang   melakukan tindakan keji  dan membuang sejumlah warga Pungut  di kawasan Serpeh selama hampir 8 tahun , dan  dimasa perjuangan  menghadapi tentara Jepang kawasan Pungut merupakan tempat persinggahan para pejuang dan lalu lintas perdagangan  dari Sungai Penuh- Kerinci  ek tanah Tumbuh Bungo Tebo,Para pedangan Kerinci melakukan barter dan membawa pakaian untuk di jual kembali kepada masyarakat Kerinci, dan pada masa Jepang  sebagian besar rakyat Kericni  masih  menggunakan kain terab yang terbuat dari kulit kayu
Pada masa Agresi ke dua  kawasan hutan belantara dan desa Pungut merupakan basis gerilya pejuang, sejumlah tokoh pejuang seperti Kapten Muradi,Letnan Alamsyah,dan Usman Khalid  dan puluhan gerilyawan dan pejuang mempertahankan diri dan melakukan berbagai persiapan  dan mengatur strategi pertemuran di Pungut, bahkan saah seorang pejuang tangguh Usman Khalid Gugur  dalam  sebuah pertempuran saar melakukan perjalanan  dari Pungut ke Sungai Tutung.
Marman dan  Muhamad  warga Pungut dalam wawancaranya dengan wartawan media ini  mengemukakan bahwa   sebagian besar warga Pungut  nenek moyang mereka berasal dari  bekas Kemendapoan Kemantan dan sebagian besar berasal dari Koto Majidin,kemantan dan sekitarnya
Sampai era akhir tahun 1970an  kawasan Pungut merupakan kawasan terpencil,tertutup dan sangat sulit di jangkau, satu satunya cara untu  menuju pungut adalah berjalan kaki  menyusuri bukit,lembah dan tebing tebing terjal, dan pada masa  Bupati Kerinci di Jabat oleh H.Rusdi Sayuti dan Dandim 0417 Kerinci  di Jabat  Letnan Kolonel Ali Sufi  melakukan upaya memutuskan Belenggu Isolasi pisik kawasan Pungut melalui operasioal Teritorial Kodim o417 Kerinci dan pada tahun 1975  Belenggu isolasi pisik dapat di putuskan dengan di tandai masuknya sebuah kenderaan Jeep mobil dinas dandim di Pungut Mudik, hingga saat ii masyarakat setempat masuh  mengenang jasa H.Rusdi  Sayuti dan Ali Sufi  bersama Prajurit Kodim 0417 Kerinci yang telah membuka  daerah ini .
Namun saat ini kondisi ruas jalan yang sempat dilakukan pengaspalan oleh Bupati H.Fauzi Siin  itu kembali  mengalami kerusakaan berat dan sulit dlalui di kenderaan roda empat atau truk, dan hingga saat ini kondisi jalan semakin memburuk akibat curah huja yang tinggi.
Wakil Bupati Kerinci Zainal Abdin,SH,MH kepada wartawan media ini kemaren  berjanji akan memperjuangkan  perbaikan dan peningkatan ruas  jalan ini, mudah mudahan dalam waktu dekat jalan dari dan menuju Pungut segera akan kita lakukan perbaikan.(BJ-Rita)

Posting Komentar Blogger

 
Top