Sungai.Penuh. Desa Tanjung Batu Kecamatan Keliling Danau dan Desa Muak Kecamatan Bukit Kerman Kabupaten Kerinci merupakan salah satu pusat peradaban di alam Kerinci.
Jumat yang lalu Pemerhati budaya Suku Kerinci di dampingi Ketua Karang Taruna Desa Tanjung Batu Oon Tabrani dan pemuda Desa Tanjung Batu Asbendi dan Edi Putra melakukan kunjungan kesejumlah situs budaya di Desa Muak Kecamatan Bukit Keman dan desa Tanjung Batu Kecamatan Keliling Danau Hasil kunjungan dirangkum dalam laporan khusus
Sebagaimana diketahui bahwa sebelum datangnya pengaruh dari luar, masyarakat suku Kerinci telah mengembangkan kebudayaannya sendiri termasuk dan dalam sistim kepercayaan, berbagai artefak tinggalan masa purba terutama peninggalan artefak masa megalithikum berupa batu besar yang di gunakan sebagai media pemujaan dapat disaksikan hinggga saat ini diwilayah bagian selatan alam Kerinci khususnya di wilayah sekitar Danau Kerinci, hingga ke desa Tanjung Batu dan Desa Muak ditemui pusat pemukiman masyarakat Tempoe doleoe yang telah mengalami perubahan akibat perkembangan kemajuan zaman.
Dari beragam jenis artefak peninggalan nenek moyang suku Kerinci dapat kita ketahui bahwa nenek moyang orang suku Kerinci sejak ribuan tahun yang lampau telah mengembangkan sistim kepercayaan animisme dan dinamisme di wilayah ini dengan berbagai bentuk upacara pemujaan.
Dalam kepercayaan purba yang dianut oleh masyarakat suku Kerinci mereka sangat menghormati dan memuja roh roh nenek moyang serta kekuatan alam, bagi masyarakat suku Kerinci roh roh nenek moyang disamping sangat mereka hormati juga mereka takuti.
Untuk melindungi dan menjaga keselamatan diri mereka masing masing atau kelompok masyarakat di lingkungannya mereka mengadakan serangkaian acara ritual pemujaan yang melibatkan segenap masyarakat yang ada di dalam kelompok persekutuan adat di wilayah pemukiman mereka masing masing dan dalam tradisi kepercayaan tersebut masyarakat suku Kerinci juga menampilkan beragam cabang seni dan budaya yang mereka miliki seperti musik,tari,sastra dan seni rupa.
Dikawan desa Muak terdapat pemukiman kuno Jerangkang Tinggi dan dusun lama yang saat ini dikenal dengan Desa Tanjung Batu
Oon Tabrani Ketua Karang Taruna Desa Tanjung Batu/Mahasiswa STAIN Kerinci jurusan Tarbiyah dalam perbincangannya bersama wartawan media ini mengemukakan Situs Muak terletak di perkampungan kuno Jerangkang Tinggi desa Muak, Kecamatan Bukit Kerman Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Situs ini terletak di perkampungan penduduk yang berada pada ketinggian 910 m di atas permukaan laut. Berada sekitar 500 m dari Sungai Jernih dan 2 km dari Danau Kerinci. Jenis tinggalan megalitik, yaitu,lumpang batu dan batu monolit.
Lumpang batu berbentuk persegi tidak beraturan dengan ukuran 72 x 60 x 25 cm. Di atasnya terdapat lubang yang menyempit ke bawah dengan diameter 30 cm. Selain lubang lumpang, juga terdapat lubang dakon sebanyak 8 buah dengan diameter 4-8 cm. Di sebelah lumpang batu terdapat batu monolit yang berbentuk lonjong tidak beraturan dengan ukuran tinggi 35 cm dan diameter 66 cm. Pada seluruh permukaannya terdapat pahatan berbentuk manusia, kuda, gajah, kerbau, anjing, dan tumbuhan sulur-suluran.
Sebuah Sumber sejarah menyebutkan bahwa benda cagar budaya Monilit ini sebelum tahun 1960 berada di wilayah lain dalam kawasan Jerangkang Tinggi(Desa Muak) pada tahun 1960 Batu ini diletakkan masyarakat di pintu masuk dusun,
Akhirnya pada tahun 1993 benda budaya ini dipindahkan ketempat yang lebih aman sekitar 100 meter dari simpang tiga jalan masuk ke dusun dan berada di samping kantor Kepala Desa Muak dan pemerintah pada saat itu membangun bangunan yang berpagar besi untuk pengamanan benda budaya peninggalan masa lampau.
Asbendi tokoh Pemuda desa Tanjung Batu menyebutkan bahwa benda peninggalan zaman Prasejarah ini dibuat oleh masyarakat masa lampu erat kaitannya dengan kepercayaan nenek moyang suku Kerinci yang mempercayai kekuatan roh roh,batu berelief ini merupakan media pemujaan bagi masyarakat suku Kerinci di masa prasejarah.
Fakta sejarah dan artefak artefak kebudayaan yang ada di alam Kerinci telah menunjukkan bahwa suku Kerinci telah mengalami fase Megalithikum, Neolitikum, masa Animisme, masa Hindu dan Budha (Pra Islam).
Masuknya agama Islam ke alam Kerinci membawa warna dan perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat di alam Kerinci, kedatangan para pedagang dan Siyak
Sementara itu di Desa Pondok Kecamatan Bukit Kerman sekitar 4 Km dari Desa Muak terdapat batu gong yang memiliki kesamaan dengan batu Gong yang ada di daerah Kumun –Kota Sungai Penuh.
Menurut ahli sejarah menhir/batu gong ini tergelatak di tanah dengan posisi membujur menghadap ke arah gunung Kerinci,Jenis menhir ini memiliki kesamaan dengan dengan ornamen relief kebuayaan Dongson di Vietnam.
Pemerhato budaya Kerinci menyebutkan bahwa Fungsi menhir ini pada zaman prasejarah untuk melakukan kegiatan ritual untuk pemujaan kepada roh roh nenek moyang,Seperti menhir menhir lainnya yang terdapat di alam Kerinci memiliki pola hias bercorak lingkaran yang melambangkan matahari
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matahari merupakan simbol untuk kesuburan tanah dan ketentraman roh roh nenek moyang. Sebuah catatan menyebutkan bahwa kebiasaan masarakat prasejarah di alam Kerinci juga terdapat pada suku Inka di Amerika. Kronologi batu andesit selindrik ini diperkirakan pada masa antara 1.000- 500 tahun SM
Dalam lokasi yang sama di Desa Pondok Kecamatan Bukit Kerman ditemukan batu andesit berbentuk kepala naga, ditemukan oleh penduduk dalam keadaan terpotong, batu ini mempunyai ukuran panjang 12 Cm,tinggi 14 Cm dan lebar 13 Cm
Ekofak ini mirip bentuknya dengan kepala ular besar atau oleh masyarakat lokal disebut kepala ular sawo gedang ,hingga saat ini batu kepala naga masih di simpan oleh salah seorang anggota masyarakat .
Ekofak kepala ular atau kepala ular sawo gedang mengingatkan kita kepada tradisi kepercayaan masyarakat suku Kerinci sebelum penyebaran agama Islam dilakukakan oleh para Syiak,Syech di alam Kerinci.
Thomas W Omoid dalam bukunya “The Precinct of Islam” halaman 323 menyatakan bahwa kepercayaan suku Kerinci di saat Islam belum masuk ke alam Kerinci,masyarakat asli suku Kerinci beragama dan berkeyakinan dukun atau menganut kepercayaan”pelebegu” yakni sebuah bentuk kepercayaan kepada dukun,ular dan animisme.
Ali Rahman Kepala Desa Tanjung Tanah kepada wartawan media ini mengemukakan bahwa di desa Tanjung Batu terdapat satu buah Tabuh Larangan yang berusia lebih 2 abad, kondisi tabuh masih utuh dan berada di tengah tengah desa Tanjung Batu dan masih di rawat oleh masyarakat adat Desa Tanjung Batu.
Selain itu juga terdapat sejumlah benda benda pusaka yang dianggap keramat dan mengandung nila relegius dan mistis, biasanya akan di turunkan pada saat penyelenggaraan Kondisi Sko yang di kaitkan dengan acara penobatan para pemangku adat”Kata Ali Rahman
Pantauan wartawan media ini di Desa Tanjung Batu terlihat desa ini telah mengalami modernisasi sesuai dengan pekembangan zaman, namun nilai nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat masih di rawat dan dijunjung tinggi oleh masyarakat adat Desa Tanjung Batu.
Pentaan lingkungan yang cukup rapi menimbulkan kesan bahwa masyarakat Desa Tanjung Batu masih menjunjung tinggi adat lamo pusako usang,dan desa yang berada di atas Ketinggian ini memiliki panorama alam dan pemukiman masyarakat yang tertata rapi, melalui dana desa tahun 2015, Pihak Pemerintahan desa telah membangun jalan lingungan yang cukup bagus dan tertata dengan rapi.
Menurut Kepala Desa Ali Rahman di Desa Tanjung Batu kehidupan masyarakat berjalan harmonis, desa yang berpenduduk 119 KK ini masih memegang teguh nilai nila kearifan lokal dan taat kepada norma norma hukum adat, hampir setiap tahun di desa ini dilaksnakan acara syukuran kenduri sudah tuai yang dirangkaikan dengan kenduri adat.
Pantauan Wartawan Media ini di senja hari dari ketinggian pemukiman masyarakat di Desa Tanjung Batu terasa sangat asri, dari Tanjung Batu tampak permukaan danau Kerinci yang indah di timpa sang mentari di kala senja hari dan tak jauh dari pemukiman masyarakat terdapat sebuah air terjun alami penuh dengan bebatuan. Suara germecik air di pancuran dan keindahan panorama alam desa dan Danau Kerinci yang ditimpa mentari senja ibarat perpaduan musik simponi yang mengalun merdu
Pemerhati Wisata dan Budaya Budhi VJ Rio Temenggung menyarankan kepada Peemrintah Kabupaten Kerinci melalui dinas Porabudpar untuk menjadikan kawasan ini menjadi kawaan desa wisata tradisi masyarakat Kerinci.(BJ/ Oon)
Posting Komentar Blogger Facebook