Gunung Kerinci & Kebun Teh tahun 1935
Sungai Penuh. Kerinci atau Kincai(Kinci) demikian masyarakat  Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh menyebut dan memanggil nama daerahnya, menurut Sastrawan dan Pujangga kelahiran Sungai Penuh-Kerinci Ghazali Burhan Riodja  daerah yang berada di Puncak Andalas Pulau Sumatera  ini di ibaratkan bagaikan sekepal tanah dari surga, sebuah anugerah untuk dunia........
Keindahan alam  dan lekak lekuk jalan raya yang menghubungi alam Kerinci  dengan dunia luar  dan  peninggalan  budaya masa lampau yang eksotik  membuat daerah ini benar benar menjadi  sebuah daerah tujuan wisata andalan bagi Propinsi Jambi .
Alam Kerinci tidak hanya dikenal  memiliki  panorama alam berupa hutan, danau dan gunung saja,lebih dari itu di bumi alam Kerinci terhampar luas perkebunan teh terluas di dunia  dan tertinggi kedua setelah kebun teh yang berada di Darjeling-kaki gunung Himalaya di India.
Tanaman Kopi &Hasil Penebangan Tanaman Teh 1 Januari 2016
Untuk Mengenal lebih dekat destinasi wisata unggulan Propinsi Jambi, Buvari.R.Temenggung  penulis buku  wisata sejarah, adat dan kebudayaan suku Kerinci  bersama Nurul Anggraini Pratiwi Mahasiswi Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung Propinsi Jawa Barat   menyambut tahun baru melakukan  ekspedisi dan kunjungan ke  kaki gunung kerinci dan hamparan kebun teh Kajoe Aro dan mengunjungi basis  gerilya para pejuang saat  menghadapi Kolonial Belanda dan habitat pohon Kayu Sigi(Pinus Strain Kerinci) di    daerah terpencil Pungut Kecamatan Air Hangat Timur Kabupaten Kerinci. Hasil kunjungan   tanggal 1 Januari  hingga 9 Januari 2016 di rangkum dalam    tulisan ini.
Pagi 1 Januari 2016 pukul 06.00 Wib terasa  sangat dingin, embun  masih menempel  di dedaunan teh yang terhampar luas di sepanjang kaki gunung Kerinci, puluhan  karyawan pemetik teh bertudung tradisional terlihat berbaris rapi  menuju lokasi tempat pemetikan tunas tunas muda daun  teh.
Sekitar 100 orang lebih para pendaki gunung masih berkumpul dan berkemah  di pintu  rimba dan di  Pondok TNKS kawasan Kersik Tuo,beberapa orang terlihat asyik berdiang di samping  ibu ibu  paruh baya yang tengah menggoreng pisang dan ketela pohon, pagi  ini tak kurang 100 orang para pecinta alam akan naik gunung, dan jelang sore hari ratusan pendaki gunung akan turun gunung  setelah menikmati tahun baru di puncak gunung Kerinci.
Guest House yang di kelola Koperasi Karyawan PTP.N6.Kajoe aro
Sekitar 1 Km dari kaki Gunung Kerinci terlihat  hamparan kebun teh bak permadai hijau yang terbentang luas  sesayup sayup mata  memandang , sementara  Gunung Kerinci  hingga pukul 07.00 wib  masih di  selimuti gumpalan  awan putih.


Pagi ini cuaca di kaki Gunung Kerinci benar benar dingin cuaca  pada awal tahun baru menurut  salah seorang pemandu  yang memandu para pendaki gunung  relatif ekstrim, kabut dan hujan  mewarnai perjalanan menuju puncak Gunung Kerinci jelang detik detik perganttian tahun,meski cuaca kerkabut dan curah hujan relatif tinggi tidak  mengurangi minat dan semangat para pecinta alam untuk menaklukkan Gunung berapi paling aktif dan gunung  paling ramah   yang ada di dunia.
Sekitar  5 Km dari Gunung Kerinci terdapat  pabrik pengolahan teh terbesar di dunia yang dibangun pada masa kolonial Belanda, bangunan bangunan tua  Pabrik dan lokasi perkantoran dan pemukiman para karyawan dan staf  PTP.N.6.Unit Usaha Kebun Teh Kajoe Aro hingga saat ini  masih tetap berdiri kokoh  meski kondisi  perumahan karyawan terlihat semakin kusam dan  lapuk di telan perkembangan kemajuan zaman.
Hasil wawancara  bersama  sejumlah  mantan pemetik teh dan  mengutip sejumlah literatur   menyebutkan  bahwa  tanaman teh  Teh berasal dari tumbuhan Camelia Sinensis dari Cina dan dari Camelia Sinensis ini dipecah lagi menjadi varian Camelia Sinensis Sinensis yang banyak ditemukan di Cina dan Camelia Sinensis Assamica yang benyak ditemukan di India.
Sebuah catatan  "China National Tea Museum" mengungkapkan  bahwa  orang yang pertama kali menemukan tanaman teh adalah seorang ahli pertanian dan Herbal yang bernama Shennong, Beliau  menemukan 5 jenis cereal dan teh
Catatan itu  menyebutkan bahwa Shennong  telah melakukan sejumlah eksprimen dan mencoba  berbagai ramuan beracun, dan Shennong   mengalami keracunan sampai 72 kali dan setiap Shennong  mengalami keracunan beliau terdetoksifikasi oleh daun teh
Sebuah informasi dan catatan yang di peroleh  mengemukakan bahwa  tujuan utama menikmati Teh adalah untuk kesenangan intelektual, para bhiksu dan para pendeta di masa lalu  mereka  menikmati setiap hirupan air teh hanya untuk kesenangan intelektual, setelah itu mereka  mengarang puisi dan prosa teh indah dan nikmatnya meminum teh, dan para Bhiksu dan Pendeta menganjurkan pesta penjamuan teh .
Bagi para Bhiksu dan Pendeta  yang mengembangkan ajaran moral itu  teh  merupakan minuman sangat berharga  dan mulia jadi penikmat  teh ,mereka para bhiksu dan pendeta  beranggapan  mengkonsumsi teh  merupakan sebuah kesenangan intelektual, dengan minum teh  mereka  dapat memetik karakter moral dan alam, serta menikmati kehangatan alam yang artistik dan alami, . Biksu Qi Yi menjelaskan dengan tepat tentang Alam "Pemecah musim gugur yang tenang dalam priuk batu, menikmati teh pegunungan seperti kembali dari meditasi"
Sebuah artikel  menyebutkan  bahwa di Asia teh juga dinikmati oleh orang Eropa yang tinggal di Asia untuk berdagang, dan pemuka agama lalu mereka membawa teh ke daerah mereka masing-masing
Tulisan itu  menyebutkan  bahwa Kerajaan Belanda merupakan negara pertama yang memperkenalkan teh di Eropa bukannya Portugis, yang mana pada abad ke-16 mulai mempengaruhi perdagangan Portugis dan Timur.
 Pada pergantian abad mereka mulai perdagangan di pulau Jawa dan melalui Jawa pada tahun 1606 teh pertama kali dikirim dari Cina ke Belanda, dengan cepat teh menjadi minuman paforit dikalangan Belanda, lalu dengan cepat menyebar ke bagian barat Eropa tapi karena harganya yang mahal ini hanya diminum untuk kalangan orang kaya saja.
Catatan itu juga  menyebutkan bahwa  sejak  tahun 1600 British East India Company memonopoli perdagangan dari luar Eropa sepertinya para pelaut dikapali itu membawah teh sebagai hadiah. Tapi referensi pertama mengenai teh berawal dari iklan yang ada dikoran London yaitu Mercurius Politicus pada bulan September 1958 yang memuat tentang "Minuman Cina" yang disebut oleh orang Cina adalah "Tcha".
Pernikahan Charles II dengan Catherine dari Braganza yang akan terbukti menjadi titik balik dalam sejarah teh di Inggris. Dia adalah seorang putri Portugis, dan pecandu teh, atas kecintaannya dengan teh, lalu teh dijadikan minuman utama di pengadilan, dan kemudian di kalangan kelas atas secara keseluruhan. Dengan memanfaatkan ini, East India Company mulai mengimpor teh ke Inggris, urutan pertama yang ditempatkan pada tahun 1664 - untuk 45 kg teh Cina untuk dikirim dari Jawa.
Artikel itu juga  menyebutkan  bahwa Indonesia merupakan salah satu produsen teh terbaik dan terbesar didunia, ini diawali dengan biji teh yang dibawa oleh dokter Andreas Cleyer dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias ditaman pada tahun 1684.
 Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari Cina tumbuh di Taman Istana Gubernur Jenderal Champuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
 Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.
Pada tahun 1828 masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa atau Culture Stelsel. Pada mulanya, bibit teh yang ditanam ini berasal dari Cina, namun setelah datang dan diperkenalkan bibit teh dari Assam, India pada tahun 1872, banyak perkebunan teh yang kemudian memakai bibit teh asal India ini karena ternyata lebih sesuai dengan kondisi tanah dan iklim Indonesia.
Teh varietas Assamica ini pertama kali ditanam oleh Rudolf Eduard Kerkhoven di kawasan Gambung, Bandung Selatan, Jawa Barat, dan berkembang tumbuh di hampir seluruh perkebunan teh di Nusantara, terutama di Pulau Jawa dan Sumatra.
Upaya Kerkhoven tak sebatas menanam. Pengusaha perkebunan asal Belanda ini juga berperan memasarkan teh sebagai komoditas ekspor dan dijual di balai lelang Eropa. Sejak itu, Java Tea berkembang menjadi merek dagang dan produk yang banyak diminati oleh bangsa-bangsa di dunia.
 Kisah perjuangan Kerkhoven merintis perkebunan teh tersebut sempat dituangkan dalam sebuah buku berjudul Heren van de Thee karya pengarang Belanda, Hella S. Haasse. Hamparan perkebunan teh dengan nuansa khas yang tak banyak berubah sejak zaman kolonial ini masih bisa dijumpai di berbagai wilayah, baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa.
Salah satunya adalah Perkebunan Teh Malabar di Priangan, Jawa Barat, perkebunan yang konon berhasil menjadi kontributor utama perkembangan kemajuan Kota Bandung pada zaman Hindia Belanda di awal abad ke-20.
Diantara perkebunan teh yang ada di Nusantara dan di sejumlah negara penghasil teh yang ada di dunia  telah di akui oleh masyarakat dunia internasional secara luas, teh yang dihasilkan dari tanah alam Kerinci  melalui PTP.N.6 Kebun Kajoe Aro diakui sebagai teh yang memiliki cita rasa yang terbaik, dan  Teh Kajoe Aro Kerinci  merupakan teh yang di konsumsi oleh Ratu Beatrix, Ratu Juliana ,para pembesar Kerajaan dan  menjadi minuman yang di konsmsi oleh para penyelenggara pemerintahan di di negara itu
Jalan Raya di Lingkungan Kajoe aro tahun 1935
Teh Ortotok yang di hasilkan dari Rahim Ranouh Alam Kincai  dan di kembangkan oleh PTP.N.6 Kebun Kajoe Aro-Kerinci   merupakan  pemasok utama  pabrik dan merk teh terkemuka di Inggeris  mengimport teh Asli dari Kerinci-Indoneia , dan konon  ada yang di jual di Indonesia dengan harga  yang berlipat ganda  ,namun  sayangnya  Produk teh yang di hasilkan Indonesia termasuk yang di hasilkan dari Ranouh Alam Kincai  mengalami keterpurukan dan kemunduran
Dalam rapat tahunan anggota Dewan teh Indonesia dan Dialog Teh Nasional Tahun 2013 yang berlangsung di Jakarta bulan November 2013 lalu, terungkap bahwa dalam satu dekade terakhir ini luas perkebunan teh di Indonesia telah menyusut hingga 30.000 hektar dan hanya menyisakan sekitar 120.000 hektar saja. Ekspor teh pun terus menurun, sementara angka impor terus meroket.
Kualitas produksi teh Indonesia memang telah diakui dunia. Kadar antioksidan yang tinggi di dalam teh asal Indonesia diakui sangat baik untuk kesehatan. Kadar antioksidan yang tinggi ini di satu sisi juga memberikan rasa sepet karena kandungan katekin, bagian rasa yang justru memberi tambahan aroma khas teh Nusantara.
“Sekilas Sejarah Perkembangan Teh di alam Kerinci”
secara Historis awalnya perkebunan  Teh yang dikembangkan oleh perusahaan Belanda yaitu NV.HVA( Namlodse Venotchhhaaf Handle Veriniging Amsterdam ) pada tahun1925.Seelumnya usaha pembukaan lahan perkebunan teh dilaksanakan dikawasan  kawasan yang sekarang disebut Desa Kebun Baru Kecamatan Gunung Raya.
 Kebun ini dihentikan penanamannya karena ketersediaan lahan yang kurang memadai,dilain pihak dikawasan ini pada zaman enjajahan Belanda   merupakan kawasan hutan lebat yang merupakan hulu sungai air Lempur yang dimanfaatkan penduduk untuk kebutuhan hidup dan untuk mengairi lahan lahan persawahan masyarakat.
Ketika Kolonial Belanda akan  membangun Kebun Teh  di Kecamatan Gunung Raya  pada awal tahun 1920 an para pemimpin Adat di Lekuk 50 Tumbi Gunung Raya melarang keras pihak perusahaan Belanda untuk membuka lahan perkebunan  di kawasan itu.
warga Belanda manager pertama Keboen Teh Kajjoe Aro 
Dengan pertimbangan yang matang akhirnya pihak Belanda memindahkan area perkebunan teh  dikaki gunung Kerinci yang saat itu disebut dengan wilayah Kayu Aro yang memiliki iklim sejuk /dingin dengan ketinggian 1.400 s/d 1.700 mdpl.

Untuk mengolah   lahan perkebunan teh tersebut, pihak  Belanda  mendatangkan para pekerja ( Koeli ) kontrak dari para pekerja pekerbunan yang berada di Pulau Jawa,sebagian besar didatangkan dari Jawa Timur dan Jawa Tengah..Pada masa selanjutnya setelah  kemerdekan Indonesia diraih dan perusahaan Perkebunan di ambil alih oleh Indonesia para pekerja perkebunan dari Pulau Jawa  itu tetap menetap di  Kayu Aro dan melanjutkan pekerjaan sebagai pekerja di areal perkebunan  dan pabrik teh Kayu Aro.
Generasi ke 4 dan ke 5 warga Kerinci ex pekerja  yang bekerja di perkebunan ex milik perusahaan Belanda saat ini  mereka   secara  emosional  telah menyatu  dengan masyarakat setempat, saat ini  tidak terdapat  perbedaan yang mencolok antara komunitas masyarakat u  Jawa dengan orang orang suku Kerinci.
Beberapa  puluh tahun terakhir  telah  terjadi perkawinan  antara keturunan  etnis suku Jawa dengan suku Kerinci, mereka telah beradaptasi dengan penduduk asli alam Kerinci,walaupun demikian secara budaya dan bahasa telah terjadi percampuran kebudayaan termasuk bahasa.dikalangan generasi muda dan terpelajar anak anak Kerinci keturunan Jawa telah hidup menyatu
Masyarakat Kerinci Keturunan  Jawa yang menetap dan beranak pinak  di Kayu Aro mahir berbahasa Kerinci dan mereka mengerti dengan kebudayaan asli masyarakat suku Kerinci,kehidupan dan suasana tatanan masyarakat di wilayah Kecamatan  Kayu Aro ,Kecamatan Gunung Tujuh  yang umumnya di dominasi suku Jawa dan  penduduk suku Kerinci  (asal Siulak ) dan masyarakat Kerinci keturunan Minangkabau ,Batak dan suku suku daerah lain di nusantara   itu berjalan selaras dan harmonis,
Secara ekonomi pendapatan dan kesejahteraa masyarakat yang bermukim di wilayah Kaoje Aro relatif lebih baik ,Hal ini mengingat di kawasan ini merupakan kawasan satelit Agro bisnis terdepan di alam Kerinci.
Catatan yang dikutip dari Mededeelingen van het Bureu voor de Besteur van het Buitenbeziitingan Encylopaedea Bureu ( Batavia: NV “Papyrus “, 1915,hlm 67. Mengemukan menurut data  pada tahun 1915 jumlah penduduk di alam Kerinci baru berjumlah 59.886 jiwa dengan rincian 16.489 jiwa
Laki laki dan 18.626 jiwa wanita. Dan 24.772 jiwa anak anak.pada waktu itu dusun yang terpadat penduduknya di alam Kernci adalah dusun Semurup 11.719 jiwa.diikuti Sandaran Agung 7.326 jiwa dan dusun Sungai Penuh 6.479 jiwa..
Pada tahun 1912 penduduk alam Kerinci mengalami peningkatan,hal ini disebabkan pada tahun itu  Pemerintahan Belanda yang berkuasa di Indonesia mendatangkan orang orang suku Jawa untuk dipekerjakan pada perkebunan teh kayu aro dan perkebunan kopi di  Batang Merangin –Tamiai sebagai pekerja /kuli   kontrak.
Pada tahun  yang sama dan  2 tahun setelah itu jumlah Penduduk di alam Kerinci semakin meningkat,Kerajaan Belanda menempatkan Pegawai pegawainya,pada tahun 1915 tercatat beberapa orang kulit putih dan sekitar 80 orang keturunan Cina,pada tahun 1930 jumlah penduduk terus meningkat,terdapat  161 orang Eropah,974 orang Cina dan 55v orang timur asing lainnya,dan Total jumlah penduduk di alam Kerinci pada tahun 1930 telah mencapai 91.759.jiwa.
Pada era kemerdekaan  hingga saat ini antara penduduk Kerinci asal jawa dengan penduduk Kerinci  asli dan penduduk penduduk pendatang dari Minangkabau,Sumatera Utara,Sumatera Selatan,Sunda.dll berjalan harmonis,nyaris tidak pernah terjadi gejolak sosial,masyarakat di daerah ini yang heterogen  telah melakukan proses   adaptasi yang cukup lama dan  didorong oleh sosial kultural mereka melakukan pernikahan  eksogami.
Beberapa waktu yang lalu di tempat terpisah  Ir.H.Zainal Prayitno dan Ir.Sulistyo (Mantan Manager.PTP.N.6 Kebun Kajoe Aro ) kepada Buvari.R.Temenggung  di  Kajoe Aro  menyebutkan bahwa secara historis usaha  perkebunan Teh Kayu Aro mulai di buka tahun 1925 sampai dengan tahun 1928.pekerja dan dilaksanakan oleh NV. H V A.
Bibit tanaman teh mulai ditanah tahun 1929 dan mengingat  tanaman teh mulai  menghasilkan pucuk pucuk yang berkhawalitas  maka pada tahun 1932 Perusahaan  NV. H V A ( Namlodse Venotchhaaf Handle Veriniging Amsterdam) mendirikan Pabrik,dan sejak mulai berproduksi kebun teh Kayu Aro menghasilkan jenis  Teh hitam  ( Orthodoks ).
Berdasarkan PP.No.19 tahun 1959 perkebunan Teh milik Belanda dilakukan Nasionalisasi dan diambil alih oleh Pemerintah  Republik  Indonesia.Status organisasi manajemen usaha perkebunan  Teh  Kayu Aro telah mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan keadaan yang berlaku saat itu.
 Pada tahun 1959- 1962 unit produksi dikelola  PN.Aneka Tanaman VI.Tahun 1963-1973 kebun Kayu Aro bagian dari PNP Wilayah I Sumatera Utara. Dan mulai 1 Agustus 1974 menjadi salah satu kebun dari PTP VIII  yang berkedudukan di Medan Sumatera Utara.Pada tahun 1996 Seluruh PTP yang ada di Indonesia diadakan Konsolidasi,bekas PTP.VIII dan PTP Lainnya yang ada di Jambi dan Sumatera barat menjadi PTP,Nusantara 6 (Persero).
Pada saat Penulis melakukan wawancara  Ir.Zainal Prayitno  mengemukakan  bahwai HGU kebun teh Kayu Aro yang berada dikawasan  Bedeng VIII memiliki sertifikat  HGU nomor 2 tanggal 08 Mei 2002  memiliki  total luas lahan tanaman  produktif seluas 2.624,69 Hektar dan luas lahan yang  belum dan tidak ditanami seluas 389.91Hektar meliputi areal pembibitan 6,85 Hektar,hutan,jurang dan kuburan 220 Hektar,Emplasment/bngunan 106,13 Hektar,Jalan dan Jembatan 56,93 Hektar. Dengan demikian total luas Hak Guna Usaha yang dikelola PTP.N.6  Kebun Kayu Aro seluas 3.014,60 Hektar.
Pada tahun 2012 Hasil Produksi the kebun kayu aro mencapai 6.087.940 Kg teh kering pada tahun 2011, dan saat ini mengingat  tanaman teh yang telah tua tengah dilakukan replating ( Peremajaan)  total   nilai  produksi   mengalami  penururan ,  dan tahun 2011  total nilai produksi mencapai 5.703.625  Kg   teh  kering    jenis   orthodox  dipasarkan di Negara Eropa Barat dan Eropa Timur, Negara Rusia dan Negara –negara pecahan Rusia serta Negara Timur Tengah.
Pada saat itu  penulis melakukan wawancara Ir.Sulitryo  mengemukakan  bahwa sampai saat ini  Pabrik Teh Kajoe Aro  memproduksi Teh  kering CTC disamping mempertahankan  teh kering/jadi orthodox  Teh  hasil proksi kebun Kayu aro di eksport melalui Pelabuhan eksport Via Pelabuhan Belawan,sedangkan Pelabuhan Teluk Bayur-Sumatera Barat adalah gudang Transit dan Pelabuhan eksport via Tanjung Periuk.Untuk penjualan Exsport dan Lokal lansung ditangani oleh Kantor Direksi PTP Nusantara 6 melalui kantor pemasaran bersama (KPB) Jakarta dengan menggunakan Sistim Lelang contoh (auction).
Sebagian besar tanaman teh yang ada di kebun Kajoe  Aro  rata rata telah berusia cukup tua dan secara bertahap mulai tahun 2011 hingga tahun 2015  dilakukan peremajaan (Replating) dengan melakukan penanaman baru disetiap afedeling dilingkungan PTP.Nusantara 6 Kebun Kayu Aro. Selama 5 tahun telah diprogramkan untuk melakukan Replating seluas 1.707,66 Hektar.
Belakangan, sejak  setahun terakhir Direksi PTP.Nusantara 6 Jambi- Sumbar berubah Haluan,  secara bertahap   1.000 Hektar Lahan yang selama  lebih  1,5 Abad  di gunakan untuk lahan perkebunan Teh di alih Fungsikan untuk perkebunan  Kopi, dan saat ini  di lokasi Afdeling D.Kebun Teh Kajoe Aro telah dilakukan penanaman  Kopi dengan mencabut Tanaman Teh.
Pemandangan alam yang selama ini aduhai eloknya, kini mulai berubah, tanaman kopi dengan pohon pelindung yang mencapai  tinggi 1,5 meter mulai merusak keindahan Kebun Teh Kajoe Aro.
Penanaman  tanaman Kopi di areal lokasi perkebunan teh PTP.Nusantara 6 di Kajoe Aro mendapat sorotan tajam dari sebagian besar   tokoh masyarakat dan aktifis  Lingkungan dan Pemerhati wisata di alam Kerinci, sorotan dan kecaman berawal dari  uji coba penanaman  tanaman kopi di afdeling D Kebun Kajoe Aro yang telah dilaksanakan sejak satu tahun terakhir, dan saat ini   lebih seratus hertar  tanaman teh di lokasi afdeling D  sudah di babat dan tengah dilakukan perluasan penanaman kopi.
Ketua LSM Geger   Zony Irawan dan pemerhati sosial  Salimin  mempertanyakan mempertanyakan  sikap  Direksi PTP.Nusantara 6 yang melakukan  pengalihan  pemanfaatan lahan dari peruntukkannya, pada hal kita semua tahu  bahwa sejak zaman Belanda hingga  saat ini Hak Guna Usaha (HGU)  diperuntukkan untuk lahan usaha perkebunan  dan pabrik Teh, kok sekarang tiba tiba  di  alih fungsikan   menjadi kebun kopi
Kehadiran Perkebunan Teh dan Pabrik Teh di Kajoe Aro semestinya tidak hanya dilihat dari satu sisi  saja, memang  kita mendengar bahwa sejak 15 tahun terakhir Perkebunan Teh di Kajoe Aro selalu merugi, dan hingga saat ini pun Konstribusi PTP.N.Kebun Kajoe Aro tidak memberikan kosntribusi  bagi pemerintah dan  masyarakat kecuali  sumbangan dalam bentuk PBB, dan itupun jumlah nya  sangat kecil, akan tetapi  dengan kehadiran  Kebun teh terluas di dunia ini  membuat Sakt Alam Kerini  dikenal kedunia luas “kata Zony Irawan “
Teh hasil produksi dari alam Kerinci  sejak masa kolonial telah di kenal sebagai teh kualitas  nomor 1 di dunia, dan Teh  yang dikenal sebagai teh Typo yang di produksi perusahaan  Inggeris produsen teh premium dunia  menggunakan bahan baku utama dari teh Kajoe Aro, dan teh ini  dikonsumsi oleh keluarga bangsawan Eropa, bahkan Ratu Belanda  mulai dari ratu Wihelmina, Ratu Julianan hingga ratu Beatrix   mengkonsumsi Teh Kajoe Aro”Ujar  Zony Irawan dan Salimi”
Selama ini   Teh Kajoe Aro telah memberikan konstribusi  devisa  bagi negara dan meski sejak 15 tahun terakhir  selalu di kabarkan merugi .akan tetapi ini tidaklah  menjadi alasan bagi Direksi PTP.N 6 untuk membabat  tanaman teh  dengan  mengalihkan ke  Tanaman Kopi, apakah ada jaminan   harga kopi akan terus membaik? Atau apakah sudah dipastikan harga teh terus anjlok? Inikan harus di kaji secara cermat bukannya  main terabas saja.apalagi  izin pengaliha lahan HGU dari Teh ke Kopi  hingga saat ini belum ada kejelasan”Imbuh Zony  Irawan”
Mantan Ketua MPR.RI.Prof.DR.H.M.Amin Rais  saat mengunjungi Kabupaten Kerinci beberapa tahun yang silam menyatakan rasa kagumnya akan keindakan dan keelokkan  Ranouh Alam Kinai, Tokoh Reformasi Indonesia itu mengemukakan  rasa  kekagunam akan  keindahan alam Kincai dengan  mengatakan , Anda jangan Mati dulu  kalau belum Ke Kerinci.
Sedankan Menteri Kehutanan  Republik Indonesia dan saat itu MS.Kaban  mengataan :Kerinci seperti emas didalam tanah,kalau semua orang tau akan kerinci maka enggan kaki untuk pergi dari negeri sakti ini.
Sedangkan   Ratu Belanda  dalam komentarnya  mengatakan “teh itu ( Kajoe Aro ) takkan pernah tergantikkan  untuk minum sehari-hari ku"
Mastura Norrdin, Ketua Yayasan Bambu Etnik Malaysia  saat bersama penulis  mengunjungi Alam Kincai  mengatakan  bahwa Kerinci itu Indah, dan Pemandangan Kebun Teh Kajoe Aro benar benar menawan dan mempesona , sungguh luar biasa karunia Illahi untuk rakyat se alam Kerinci
H.Muhamad Soeharto Mantan Presiden RI pernah  mengunjungi  Bumi Sakti Alam Kerinci yang saat itu  sedang lara di timpa bencana Gempa Bumi tahun 1995, meski Kerinci saat itu terlihat porak poranda di guncang gempa dahsyat, namun keindahan nya tak pernah sirna
Sementara itu   jurnalis inggris william paul mengemukakan   bahwa anda tahu  Inggeris sangat indah , Amerika,Hawai, Bali   juga indah, tapi  keindahan mereka tidak semurni Keindahan  Kerinci
Teman saya  Kika   Adiaty Reporter  Trans TV, dan  Diana dari TV One  saat mengunjungi alam Kerinci untuk sebuah acara liputan menyatakan rasa kagumnya terhadap  keindahan bumi Sakti Alam Kerinci, Hamparan Kebun  Teh yang terbentang  bak permadai raksasa merupakan pemandangan alam nan aduhai eloknya, dan keindahan hamparan kebun teh dan pesona objek wisata yang ada di  Ranouh Alam Kerinci sunnguh  cantik,indah menawan, Tak salah jika Pujangga  mengatakan “Kerinci Sekepal Tanah Dari  Surga .......
Sungguh betapa orang luar mengagumi keindakan dan keelokkan alam Kerinci termasuk Hamparan Kebun Teh Kajoe Aro yang terhampar luas sesayup mata memandang, ..... kini..... Kebun Teh Kajoe Aro tak se indah dulu lagi, Puluhan Hektar   Pepohonan Teh telah  di tumbangkan oleh pengusahaa perkebunan , dan   tanaman Teh yang selama ini  menjadi ke banggaan Bangsa Bangsa Indonesia termasuk Rakyat Kerinci  kini terancam,  dari total areal kebun yang tak sampai. 2.700 Hektar Lahan Kebun Teh  yang Produktif  akan dikurangi 1.000 Hektar untuk lahan kopi, sungguh Ironis!.
 Teh adalah potensi hasil bumi yang harus dipertahankan terjaga lestari. Diluar potensinya sebagai komoditas dagang, penyerapan tenaga kerja di perkebunan teh tak tertandingi oleh tanaman perkebunan lainnya. Pada aspek lingkungan hidup, keberadaan tanaman teh di pegunungan dengan sistem pengakarannya yang sangat kuat mampu menahan erosi dan mencegah munculnya banjir. Begitupun di sisi pariwisata, dimana hamparan perkebunan teh memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai agrowisata sekaligus obyek wisata edukatif.
Aktifis Lingkungan dan Pemerhati  Pariwisata dan Penerima PIN Emas dan Anugerah Kebudayaan Tingkat Nasioal Budhi.VJ.Rio Temenggung  mendesak agar  pihak Direksi PTP.N.6  Jambi-Sumbar untuk  menunda dan  mengkaji ulang alih fungsi kebun teh   menjadi kebun Kopi.
Sebagai  anak muda yang lahir dan dibesarkan di Ranouh Alam Kincai, saya menghimbau dan mendesak agar Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Propinsi Jambi untuk tidak  menyetujui alif fungsi lahan kebun Teh  menjadi Kebun Kopi.
Kita Juga menghimbau dan  mengharapkan  agar Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak   Menteri BUMN, Menteri Hutbun,Menteri Pariwisata untuk turun tangan dan  mmbatalkan rencana Direksi PTP.N.6 Kajoe Aro yang akan  mengalihkan fungsi perkebunan Teh  menjadi kebun Kopi.
Teh adalah potensi hasil bumi yang harus dipertahankan terjaga lestari. Diluar potensinya sebagai komoditas dagang, penyerapan tenaga kerja di perkebunan teh tak tertandingi oleh tanaman perkebunan lainnya. Pada aspek lingkungan hidup, keberadaan tanaman teh di pegunungan dengan sistem pengakarannya yang sangat kuat mampu menahan erosi dan mencegah munculnya banjir. Begitupun di sisi pariwisata, dimana hamparan perkebunan teh memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai agrowisata sekaligus obyek wisata edukatif
Pengalihan Fungsi Kebun Teh  menjadi kebun Kopi  sangat menciderai hati dan perasaan rakyat semesta alam Kerinci dan dapat merusak Citra Industri Pariwisata di Tanah Air, karena Kebun dn Pabrik Teh Kajoe Aro merupakan Primadona Wsata Pulau Sumatera( Buvari R.Temenggung : Nurul Anggraini Pratiwi dari berbagai sumber )  





Posting Komentar Blogger

 
Top