Gunung Kerinci & Kebun Teh tahun 1935 |
Keindahan alam dan lekak lekuk jalan raya yang menghubungi alam Kerinci dengan dunia luar dan peninggalan budaya masa lampau yang eksotik membuat daerah ini benar benar menjadi sebuah daerah tujuan wisata andalan bagi Propinsi Jambi .
Alam Kerinci tidak hanya dikenal memiliki panorama alam berupa hutan, danau dan gunung saja,lebih dari itu di bumi alam Kerinci terhampar luas perkebunan teh terluas di dunia dan tertinggi kedua setelah kebun teh yang berada di Darjeling-kaki gunung Himalaya di India.
Tanaman Kopi &Hasil Penebangan Tanaman Teh 1 Januari 2016 |
Pagi 1 Januari 2016 pukul 06.00 Wib terasa sangat dingin, embun masih menempel di dedaunan teh yang terhampar luas di sepanjang kaki gunung Kerinci, puluhan karyawan pemetik teh bertudung tradisional terlihat berbaris rapi menuju lokasi tempat pemetikan tunas tunas muda daun teh.
Sekitar 100 orang lebih para pendaki gunung masih berkumpul dan berkemah di pintu rimba dan di Pondok TNKS kawasan Kersik Tuo,beberapa orang terlihat asyik berdiang di samping ibu ibu paruh baya yang tengah menggoreng pisang dan ketela pohon, pagi ini tak kurang 100 orang para pecinta alam akan naik gunung, dan jelang sore hari ratusan pendaki gunung akan turun gunung setelah menikmati tahun baru di puncak gunung Kerinci.
Guest House yang di kelola Koperasi Karyawan PTP.N6.Kajoe aro |
Pagi ini cuaca di kaki Gunung Kerinci benar benar dingin cuaca pada awal tahun baru menurut salah seorang pemandu yang memandu para pendaki gunung relatif ekstrim, kabut dan hujan mewarnai perjalanan menuju puncak Gunung Kerinci jelang detik detik perganttian tahun,meski cuaca kerkabut dan curah hujan relatif tinggi tidak mengurangi minat dan semangat para pecinta alam untuk menaklukkan Gunung berapi paling aktif dan gunung paling ramah yang ada di dunia.
Sekitar 5 Km dari Gunung Kerinci terdapat pabrik pengolahan teh terbesar di dunia yang dibangun pada masa kolonial Belanda, bangunan bangunan tua Pabrik dan lokasi perkantoran dan pemukiman para karyawan dan staf PTP.N.6.Unit Usaha Kebun Teh Kajoe Aro hingga saat ini masih tetap berdiri kokoh meski kondisi perumahan karyawan terlihat semakin kusam dan lapuk di telan perkembangan kemajuan zaman.
Hasil wawancara bersama sejumlah mantan pemetik teh dan mengutip sejumlah literatur menyebutkan bahwa tanaman teh Teh berasal dari tumbuhan Camelia Sinensis dari Cina dan dari Camelia Sinensis ini dipecah lagi menjadi varian Camelia Sinensis Sinensis yang banyak ditemukan di Cina dan Camelia Sinensis Assamica yang benyak ditemukan di India.
Sebuah catatan "China National Tea Museum" mengungkapkan bahwa orang yang pertama kali menemukan tanaman teh adalah seorang ahli pertanian dan Herbal yang bernama Shennong, Beliau menemukan 5 jenis cereal dan teh
Catatan itu menyebutkan bahwa Shennong telah melakukan sejumlah eksprimen dan mencoba berbagai ramuan beracun, dan Shennong mengalami keracunan sampai 72 kali dan setiap Shennong mengalami keracunan beliau terdetoksifikasi oleh daun teh
Sebuah informasi dan catatan yang di peroleh mengemukakan bahwa tujuan utama menikmati Teh adalah untuk kesenangan intelektual, para bhiksu dan para pendeta di masa lalu mereka menikmati setiap hirupan air teh hanya untuk kesenangan intelektual, setelah itu mereka mengarang puisi dan prosa teh indah dan nikmatnya meminum teh, dan para Bhiksu dan Pendeta menganjurkan pesta penjamuan teh .
Bagi para Bhiksu dan Pendeta yang mengembangkan ajaran moral itu teh merupakan minuman sangat berharga dan mulia jadi penikmat teh ,mereka para bhiksu dan pendeta beranggapan mengkonsumsi teh merupakan sebuah kesenangan intelektual, dengan minum teh mereka dapat memetik karakter moral dan alam, serta menikmati kehangatan alam yang artistik dan alami, . Biksu Qi Yi menjelaskan dengan tepat tentang Alam "Pemecah musim gugur yang tenang dalam priuk batu, menikmati teh pegunungan seperti kembali dari meditasi"
Sebuah artikel menyebutkan bahwa di Asia teh juga dinikmati oleh orang Eropa yang tinggal di Asia untuk berdagang, dan pemuka agama lalu mereka membawa teh ke daerah mereka masing-masing
Tulisan itu menyebutkan bahwa Kerajaan Belanda merupakan negara pertama yang memperkenalkan teh di Eropa bukannya Portugis, yang mana pada abad ke-16 mulai mempengaruhi perdagangan Portugis dan Timur.
Pada pergantian abad mereka mulai perdagangan di pulau Jawa dan melalui Jawa pada tahun 1606 teh pertama kali dikirim dari Cina ke Belanda, dengan cepat teh menjadi minuman paforit dikalangan Belanda, lalu dengan cepat menyebar ke bagian barat Eropa tapi karena harganya yang mahal ini hanya diminum untuk kalangan orang kaya saja.
Catatan itu juga menyebutkan bahwa sejak tahun 1600 British East India Company memonopoli perdagangan dari luar Eropa sepertinya para pelaut dikapali itu membawah teh sebagai hadiah. Tapi referensi pertama mengenai teh berawal dari iklan yang ada dikoran London yaitu Mercurius Politicus pada bulan September 1958 yang memuat tentang "Minuman Cina" yang disebut oleh orang Cina adalah "Tcha".
Pernikahan Charles II dengan Catherine dari Braganza yang akan terbukti menjadi titik balik dalam sejarah teh di Inggris. Dia adalah seorang putri Portugis, dan pecandu teh, atas kecintaannya dengan teh, lalu teh dijadikan minuman utama di pengadilan, dan kemudian di kalangan kelas atas secara keseluruhan. Dengan memanfaatkan ini, East India Company mulai mengimpor teh ke Inggris, urutan pertama yang ditempatkan pada tahun 1664 - untuk 45 kg teh Cina untuk dikirim dari Jawa.
Artikel itu juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu produsen teh terbaik dan terbesar didunia, ini diawali dengan biji teh yang dibawa oleh dokter Andreas Cleyer dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias ditaman pada tahun 1684.
Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari Cina tumbuh di Taman Istana Gubernur Jenderal Champuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.
Pada tahun 1828 masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa atau Culture Stelsel. Pada mulanya, bibit teh yang ditanam ini berasal dari Cina, namun setelah datang dan diperkenalkan bibit teh dari Assam, India pada tahun 1872, banyak perkebunan teh yang kemudian memakai bibit teh asal India ini karena ternyata lebih sesuai dengan kondisi tanah dan iklim Indonesia.
Teh varietas Assamica ini pertama kali ditanam oleh Rudolf Eduard Kerkhoven di kawasan Gambung, Bandung Selatan, Jawa Barat, dan berkembang tumbuh di hampir seluruh perkebunan teh di Nusantara, terutama di Pulau Jawa dan Sumatra.
Upaya Kerkhoven tak sebatas menanam. Pengusaha perkebunan asal Belanda ini juga berperan memasarkan teh sebagai komoditas ekspor dan dijual di balai lelang Eropa. Sejak itu, Java Tea berkembang menjadi merek dagang dan produk yang banyak diminati oleh bangsa-bangsa di dunia.
Kisah perjuangan Kerkhoven merintis perkebunan teh tersebut sempat dituangkan dalam sebuah buku berjudul Heren van de Thee karya pengarang Belanda, Hella S. Haasse. Hamparan perkebunan teh dengan nuansa khas yang tak banyak berubah sejak zaman kolonial ini masih bisa dijumpai di berbagai wilayah, baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa.
Salah satunya adalah Perkebunan Teh Malabar di Priangan, Jawa Barat, perkebunan yang konon berhasil menjadi kontributor utama perkembangan kemajuan Kota Bandung pada zaman Hindia Belanda di awal abad ke-20.
Diantara perkebunan teh yang ada di Nusantara dan di sejumlah negara penghasil teh yang ada di dunia telah di akui oleh masyarakat dunia internasional secara luas, teh yang dihasilkan dari tanah alam Kerinci melalui PTP.N.6 Kebun Kajoe Aro diakui sebagai teh yang memiliki cita rasa yang terbaik, dan Teh Kajoe Aro Kerinci merupakan teh yang di konsumsi oleh Ratu Beatrix, Ratu Juliana ,para pembesar Kerajaan dan menjadi minuman yang di konsmsi oleh para penyelenggara pemerintahan di di negara itu
Jalan Raya di Lingkungan Kajoe aro tahun 1935 |
Dalam rapat tahunan anggota Dewan teh Indonesia dan Dialog Teh Nasional Tahun 2013 yang berlangsung di Jakarta bulan November 2013 lalu, terungkap bahwa dalam satu dekade terakhir ini luas perkebunan teh di Indonesia telah menyusut hingga 30.000 hektar dan hanya menyisakan sekitar 120.000 hektar saja. Ekspor teh pun terus menurun, sementara angka impor terus meroket.
Kualitas produksi teh Indonesia memang telah diakui dunia. Kadar antioksidan yang tinggi di dalam teh asal Indonesia diakui sangat baik untuk kesehatan. Kadar antioksidan yang tinggi ini di satu sisi juga memberikan rasa sepet karena kandungan katekin, bagian rasa yang justru memberi tambahan aroma khas teh Nusantara.
“Sekilas Sejarah Perkembangan Teh di alam Kerinci”
secara Historis awalnya perkebunan Teh yang dikembangkan oleh perusahaan Belanda yaitu NV.HVA( Namlodse Venotchhhaaf Handle Veriniging Amsterdam ) pada tahun1925.Seelumnya usaha pembukaan lahan perkebunan teh dilaksanakan dikawasan kawasan yang sekarang disebut Desa Kebun Baru Kecamatan Gunung Raya.
Kebun ini dihentikan penanamannya karena ketersediaan lahan yang kurang memadai,dilain pihak dikawasan ini pada zaman enjajahan Belanda merupakan kawasan hutan lebat yang merupakan hulu sungai air Lempur yang dimanfaatkan penduduk untuk kebutuhan hidup dan untuk mengairi lahan lahan persawahan masyarakat.
Ketika Kolonial Belanda akan membangun Kebun Teh di Kecamatan Gunung Raya pada awal tahun 1920 an para pemimpin Adat di Lekuk 50 Tumbi Gunung Raya melarang keras pihak perusahaan Belanda untuk membuka lahan perkebunan di kawasan itu.
warga Belanda manager pertama Keboen Teh Kajjoe Aro |
Untuk mengolah lahan perkebunan teh tersebut, pihak Belanda mendatangkan para pekerja ( Koeli ) kontrak dari para pekerja pekerbunan yang berada di Pulau Jawa,sebagian besar didatangkan dari Jawa Timur dan Jawa Tengah..Pada masa selanjutnya setelah kemerdekan Indonesia diraih dan perusahaan Perkebunan di ambil alih oleh Indonesia para pekerja perkebunan dari Pulau Jawa itu tetap menetap di Kayu Aro dan melanjutkan pekerjaan sebagai pekerja di areal perkebunan dan pabrik teh Kayu Aro.
Generasi ke 4 dan ke 5 warga Kerinci ex pekerja yang bekerja di perkebunan ex milik perusahaan Belanda saat ini mereka secara emosional telah menyatu dengan masyarakat setempat, saat ini tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara komunitas masyarakat u Jawa dengan orang orang suku Kerinci.
Beberapa puluh tahun terakhir telah terjadi perkawinan antara keturunan etnis suku Jawa dengan suku Kerinci, mereka telah beradaptasi dengan penduduk asli alam Kerinci,walaupun demikian secara budaya dan bahasa telah terjadi percampuran kebudayaan termasuk bahasa.dikalangan generasi muda dan terpelajar anak anak Kerinci keturunan Jawa telah hidup menyatu
Masyarakat Kerinci Keturunan Jawa yang menetap dan beranak pinak di Kayu Aro mahir berbahasa Kerinci dan mereka mengerti dengan kebudayaan asli masyarakat suku Kerinci,kehidupan dan suasana tatanan masyarakat di wilayah Kecamatan Kayu Aro ,Kecamatan Gunung Tujuh yang umumnya di dominasi suku Jawa dan penduduk suku Kerinci (asal Siulak ) dan masyarakat Kerinci keturunan Minangkabau ,Batak dan suku suku daerah lain di nusantara itu berjalan selaras dan harmonis,
Secara ekonomi pendapatan dan kesejahteraa masyarakat yang bermukim di wilayah Kaoje Aro relatif lebih baik ,Hal ini mengingat di kawasan ini merupakan kawasan satelit Agro bisnis terdepan di alam Kerinci.
Catatan yang dikutip dari Mededeelingen van het Bureu voor de Besteur van het Buitenbeziitingan Encylopaedea Bureu ( Batavia: NV “Papyrus “, 1915,hlm 67. Mengemukan menurut data pada tahun 1915 jumlah penduduk di alam Kerinci baru berjumlah 59.886 jiwa dengan rincian 16.489 jiwa
Laki laki dan 18.626 jiwa wanita. Dan 24.772 jiwa anak anak.pada waktu itu dusun yang terpadat penduduknya di alam Kernci adalah dusun Semurup 11.719 jiwa.diikuti Sandaran Agung 7.326 jiwa dan dusun Sungai Penuh 6.479 jiwa..
Pada tahun 1912 penduduk alam Kerinci mengalami peningkatan,hal ini disebabkan pada tahun itu Pemerintahan Belanda yang berkuasa di Indonesia mendatangkan orang orang suku Jawa untuk dipekerjakan pada perkebunan teh kayu aro dan perkebunan kopi di Batang Merangin –Tamiai sebagai pekerja /kuli kontrak.
Pada tahun yang sama dan 2 tahun setelah itu jumlah Penduduk di alam Kerinci semakin meningkat,Kerajaan Belanda menempatkan Pegawai pegawainya,pada tahun 1915 tercatat beberapa orang kulit putih dan sekitar 80 orang keturunan Cina,pada tahun 1930 jumlah penduduk terus meningkat,terdapat 161 orang Eropah,974 orang Cina dan 55v orang timur asing lainnya,dan Total jumlah penduduk di alam Kerinci pada tahun 1930 telah mencapai 91.759.jiwa.
Pada era kemerdekaan hingga saat ini antara penduduk Kerinci asal jawa dengan penduduk Kerinci asli dan penduduk penduduk pendatang dari Minangkabau,Sumatera Utara,Sumatera Selatan,Sunda.dll berjalan harmonis,nyaris tidak pernah terjadi gejolak sosial,masyarakat di daerah ini yang heterogen telah melakukan proses adaptasi yang cukup lama dan didorong oleh sosial kultural mereka melakukan pernikahan eksogami.
Beberapa waktu yang lalu di tempat terpisah Ir.H.Zainal Prayitno dan Ir.Sulistyo (Mantan Manager.PTP.N.6 Kebun Kajoe Aro ) kepada Buvari.R.Temenggung di Kajoe Aro menyebutkan bahwa secara historis usaha perkebunan Teh Kayu Aro mulai di buka tahun 1925 sampai dengan tahun 1928.pekerja dan dilaksanakan oleh NV. H V A.
Bibit tanaman teh mulai ditanah tahun 1929 dan mengingat tanaman teh mulai menghasilkan pucuk pucuk yang berkhawalitas maka pada tahun 1932 Perusahaan NV. H V A ( Namlodse Venotchhaaf Handle Veriniging Amsterdam) mendirikan Pabrik,dan sejak mulai berproduksi kebun teh Kayu Aro menghasilkan jenis Teh hitam ( Orthodoks ).
Berdasarkan PP.No.19 tahun 1959 perkebunan Teh milik Belanda dilakukan Nasionalisasi dan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia.Status organisasi manajemen usaha perkebunan Teh Kayu Aro telah mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan keadaan yang berlaku saat itu.
Pada tahun 1959- 1962 unit produksi dikelola PN.Aneka Tanaman VI.Tahun 1963-1973 kebun Kayu Aro bagian dari PNP Wilayah I Sumatera Utara. Dan mulai 1 Agustus 1974 menjadi salah satu kebun dari PTP VIII yang berkedudukan di Medan Sumatera Utara.Pada tahun 1996 Seluruh PTP yang ada di Indonesia diadakan Konsolidasi,bekas PTP.VIII dan PTP Lainnya yang ada di Jambi dan Sumatera barat menjadi PTP,Nusantara 6 (Persero).
Pada saat Penulis melakukan wawancara Ir.Zainal Prayitno mengemukakan bahwai HGU kebun teh Kayu Aro yang berada dikawasan Bedeng VIII memiliki sertifikat HGU nomor 2 tanggal 08 Mei 2002 memiliki total luas lahan tanaman produktif seluas 2.624,69 Hektar dan luas lahan yang belum dan tidak ditanami seluas 389.91Hektar meliputi areal pembibitan 6,85 Hektar,hutan,jurang dan kuburan 220 Hektar,Emplasment/bngunan 106,13 Hektar,Jalan dan Jembatan 56,93 Hektar. Dengan demikian total luas Hak Guna Usaha yang dikelola PTP.N.6 Kebun Kayu Aro seluas 3.014,60 Hektar.
Pada tahun 2012 Hasil Produksi the kebun kayu aro mencapai 6.087.940 Kg teh kering pada tahun 2011, dan saat ini mengingat tanaman teh yang telah tua tengah dilakukan replating ( Peremajaan) total nilai produksi mengalami penururan , dan tahun 2011 total nilai produksi mencapai 5.703.625 Kg teh kering jenis orthodox dipasarkan di Negara Eropa Barat dan Eropa Timur, Negara Rusia dan Negara –negara pecahan Rusia serta Negara Timur Tengah.
Pada saat itu penulis melakukan wawancara Ir.Sulitryo mengemukakan bahwa sampai saat ini Pabrik Teh Kajoe Aro memproduksi Teh kering CTC disamping mempertahankan teh kering/jadi orthodox Teh hasil proksi kebun Kayu aro di eksport melalui Pelabuhan eksport Via Pelabuhan Belawan,sedangkan Pelabuhan Teluk Bayur-Sumatera Barat adalah gudang Transit dan Pelabuhan eksport via Tanjung Periuk.Untuk penjualan Exsport dan Lokal lansung ditangani oleh Kantor Direksi PTP Nusantara 6 melalui kantor pemasaran bersama (KPB) Jakarta dengan menggunakan Sistim Lelang contoh (auction).
Sebagian besar tanaman teh yang ada di kebun Kajoe Aro rata rata telah berusia cukup tua dan secara bertahap mulai tahun 2011 hingga tahun 2015 dilakukan peremajaan (Replating) dengan melakukan penanaman baru disetiap afedeling dilingkungan PTP.Nusantara 6 Kebun Kayu Aro. Selama 5 tahun telah diprogramkan untuk melakukan Replating seluas 1.707,66 Hektar.
Belakangan, sejak setahun terakhir Direksi PTP.Nusantara 6 Jambi- Sumbar berubah Haluan, secara bertahap 1.000 Hektar Lahan yang selama lebih 1,5 Abad di gunakan untuk lahan perkebunan Teh di alih Fungsikan untuk perkebunan Kopi, dan saat ini di lokasi Afdeling D.Kebun Teh Kajoe Aro telah dilakukan penanaman Kopi dengan mencabut Tanaman Teh.
Pemandangan alam yang selama ini aduhai eloknya, kini mulai berubah, tanaman kopi dengan pohon pelindung yang mencapai tinggi 1,5 meter mulai merusak keindahan Kebun Teh Kajoe Aro.
Penanaman tanaman Kopi di areal lokasi perkebunan teh PTP.Nusantara 6 di Kajoe Aro mendapat sorotan tajam dari sebagian besar tokoh masyarakat dan aktifis Lingkungan dan Pemerhati wisata di alam Kerinci, sorotan dan kecaman berawal dari uji coba penanaman tanaman kopi di afdeling D Kebun Kajoe Aro yang telah dilaksanakan sejak satu tahun terakhir, dan saat ini lebih seratus hertar tanaman teh di lokasi afdeling D sudah di babat dan tengah dilakukan perluasan penanaman kopi.
Ketua LSM Geger Zony Irawan dan pemerhati sosial Salimin mempertanyakan mempertanyakan sikap Direksi PTP.Nusantara 6 yang melakukan pengalihan pemanfaatan lahan dari peruntukkannya, pada hal kita semua tahu bahwa sejak zaman Belanda hingga saat ini Hak Guna Usaha (HGU) diperuntukkan untuk lahan usaha perkebunan dan pabrik Teh, kok sekarang tiba tiba di alih fungsikan menjadi kebun kopi
Kehadiran Perkebunan Teh dan Pabrik Teh di Kajoe Aro semestinya tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, memang kita mendengar bahwa sejak 15 tahun terakhir Perkebunan Teh di Kajoe Aro selalu merugi, dan hingga saat ini pun Konstribusi PTP.N.Kebun Kajoe Aro tidak memberikan kosntribusi bagi pemerintah dan masyarakat kecuali sumbangan dalam bentuk PBB, dan itupun jumlah nya sangat kecil, akan tetapi dengan kehadiran Kebun teh terluas di dunia ini membuat Sakt Alam Kerini dikenal kedunia luas “kata Zony Irawan “
Teh hasil produksi dari alam Kerinci sejak masa kolonial telah di kenal sebagai teh kualitas nomor 1 di dunia, dan Teh yang dikenal sebagai teh Typo yang di produksi perusahaan Inggeris produsen teh premium dunia menggunakan bahan baku utama dari teh Kajoe Aro, dan teh ini dikonsumsi oleh keluarga bangsawan Eropa, bahkan Ratu Belanda mulai dari ratu Wihelmina, Ratu Julianan hingga ratu Beatrix mengkonsumsi Teh Kajoe Aro”Ujar Zony Irawan dan Salimi”
Selama ini Teh Kajoe Aro telah memberikan konstribusi devisa bagi negara dan meski sejak 15 tahun terakhir selalu di kabarkan merugi .akan tetapi ini tidaklah menjadi alasan bagi Direksi PTP.N 6 untuk membabat tanaman teh dengan mengalihkan ke Tanaman Kopi, apakah ada jaminan harga kopi akan terus membaik? Atau apakah sudah dipastikan harga teh terus anjlok? Inikan harus di kaji secara cermat bukannya main terabas saja.apalagi izin pengaliha lahan HGU dari Teh ke Kopi hingga saat ini belum ada kejelasan”Imbuh Zony Irawan”
Mantan Ketua MPR.RI.Prof.DR.H.M.Amin Rais saat mengunjungi Kabupaten Kerinci beberapa tahun yang silam menyatakan rasa kagumnya akan keindakan dan keelokkan Ranouh Alam Kinai, Tokoh Reformasi Indonesia itu mengemukakan rasa kekagunam akan keindahan alam Kincai dengan mengatakan , Anda jangan Mati dulu kalau belum Ke Kerinci.
Sedankan Menteri Kehutanan Republik Indonesia dan saat itu MS.Kaban mengataan :Kerinci seperti emas didalam tanah,kalau semua orang tau akan kerinci maka enggan kaki untuk pergi dari negeri sakti ini.
Sedangkan Ratu Belanda dalam komentarnya mengatakan “teh itu ( Kajoe Aro ) takkan pernah tergantikkan untuk minum sehari-hari ku"
Mastura Norrdin, Ketua Yayasan Bambu Etnik Malaysia saat bersama penulis mengunjungi Alam Kincai mengatakan bahwa Kerinci itu Indah, dan Pemandangan Kebun Teh Kajoe Aro benar benar menawan dan mempesona , sungguh luar biasa karunia Illahi untuk rakyat se alam Kerinci
H.Muhamad Soeharto Mantan Presiden RI pernah mengunjungi Bumi Sakti Alam Kerinci yang saat itu sedang lara di timpa bencana Gempa Bumi tahun 1995, meski Kerinci saat itu terlihat porak poranda di guncang gempa dahsyat, namun keindahan nya tak pernah sirna
Sementara itu jurnalis inggris william paul mengemukakan bahwa anda tahu Inggeris sangat indah , Amerika,Hawai, Bali juga indah, tapi keindahan mereka tidak semurni Keindahan Kerinci
Teman saya Kika Adiaty Reporter Trans TV, dan Diana dari TV One saat mengunjungi alam Kerinci untuk sebuah acara liputan menyatakan rasa kagumnya terhadap keindahan bumi Sakti Alam Kerinci, Hamparan Kebun Teh yang terbentang bak permadai raksasa merupakan pemandangan alam nan aduhai eloknya, dan keindahan hamparan kebun teh dan pesona objek wisata yang ada di Ranouh Alam Kerinci sunnguh cantik,indah menawan, Tak salah jika Pujangga mengatakan “Kerinci Sekepal Tanah Dari Surga .......
Sungguh betapa orang luar mengagumi keindakan dan keelokkan alam Kerinci termasuk Hamparan Kebun Teh Kajoe Aro yang terhampar luas sesayup mata memandang, ..... kini..... Kebun Teh Kajoe Aro tak se indah dulu lagi, Puluhan Hektar Pepohonan Teh telah di tumbangkan oleh pengusahaa perkebunan , dan tanaman Teh yang selama ini menjadi ke banggaan Bangsa Bangsa Indonesia termasuk Rakyat Kerinci kini terancam, dari total areal kebun yang tak sampai. 2.700 Hektar Lahan Kebun Teh yang Produktif akan dikurangi 1.000 Hektar untuk lahan kopi, sungguh Ironis!.
Teh adalah potensi hasil bumi yang harus dipertahankan terjaga lestari. Diluar potensinya sebagai komoditas dagang, penyerapan tenaga kerja di perkebunan teh tak tertandingi oleh tanaman perkebunan lainnya. Pada aspek lingkungan hidup, keberadaan tanaman teh di pegunungan dengan sistem pengakarannya yang sangat kuat mampu menahan erosi dan mencegah munculnya banjir. Begitupun di sisi pariwisata, dimana hamparan perkebunan teh memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai agrowisata sekaligus obyek wisata edukatif.
Aktifis Lingkungan dan Pemerhati Pariwisata dan Penerima PIN Emas dan Anugerah Kebudayaan Tingkat Nasioal Budhi.VJ.Rio Temenggung mendesak agar pihak Direksi PTP.N.6 Jambi-Sumbar untuk menunda dan mengkaji ulang alih fungsi kebun teh menjadi kebun Kopi.
Sebagai anak muda yang lahir dan dibesarkan di Ranouh Alam Kincai, saya menghimbau dan mendesak agar Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Propinsi Jambi untuk tidak menyetujui alif fungsi lahan kebun Teh menjadi Kebun Kopi.
Kita Juga menghimbau dan mengharapkan agar Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Menteri BUMN, Menteri Hutbun,Menteri Pariwisata untuk turun tangan dan mmbatalkan rencana Direksi PTP.N.6 Kajoe Aro yang akan mengalihkan fungsi perkebunan Teh menjadi kebun Kopi.
Teh adalah potensi hasil bumi yang harus dipertahankan terjaga lestari. Diluar potensinya sebagai komoditas dagang, penyerapan tenaga kerja di perkebunan teh tak tertandingi oleh tanaman perkebunan lainnya. Pada aspek lingkungan hidup, keberadaan tanaman teh di pegunungan dengan sistem pengakarannya yang sangat kuat mampu menahan erosi dan mencegah munculnya banjir. Begitupun di sisi pariwisata, dimana hamparan perkebunan teh memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai agrowisata sekaligus obyek wisata edukatif
Pengalihan Fungsi Kebun Teh menjadi kebun Kopi sangat menciderai hati dan perasaan rakyat semesta alam Kerinci dan dapat merusak Citra Industri Pariwisata di Tanah Air, karena Kebun dn Pabrik Teh Kajoe Aro merupakan Primadona Wsata Pulau Sumatera( Buvari R.Temenggung : Nurul Anggraini Pratiwi dari berbagai sumber )
Posting Komentar Blogger Facebook