Sungai Penuh, Memprihatinkan dan memilukan, demikian gambaran yang tepat untuk dialamatkan ke 3 ruang belajar yang di bangun oleh Pimpinan Pusat Muhamadiyah di Desa Sebukar Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci.
Pantauan wartawan media ini dilapangan sore 21/1 terlihat kondisi bangunan sungguh sangat mmperihatinkan, semua pintu dan jendela tak satupun yang terpasang, dinding penuh dengn coretan, atap mengalami kerusaka, demikian juga dengan kondisi plafon sungguh sangat memprihatinkan, beberapa ekor hewan terlihat tidur tiduran di dalam ruangan kelas yang tidak berpintu dan tidak berjendela.
Wazirman,S.Ag,MM- Mantan Ketua Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah dan tokoh muda Kerinci/Mantan Ketua KPU Kerinci ketika di hubungi melalui telepon seluler membenarkan bahwa kondisi bangunan yang memiliki 3 ruangan kelas itu sejak dibangun pada tahun 1997 yang lalu hanya 3 tahun di manfaatkan sebagai tempat belajar Mahasiswa STKIP Muhamadiyah, dan sekitar awal tahun 2000 an hingga saat ini gedung milik Muhamadiyah yang dibangun oleh Pimpinan Pusat Muhamadiyah tahun 1997 itu tidak pernah di manfaatkan.
Kondisi bangunan milik Muhamadiyah Kerinci di Sebukar itu memang sangat memprihatinkan, semua ruang kelas tidak dapat di manfaatkan sama sekali karena kondisi bangunan terutaa bagian atap, plafon dan jendela/ pintu sudah rusak, hanya dinding yang relatif bagus, selebihnya sungguh sangat memprihatinkan.
Sejak beberapa waktu yang lalu memang ada rencana untuk memanfaatkan 3 ruangan milik Muhamadiyah itu sebagai asrama bagi anak anak panti asuhan Aisyiah-Muhamadiyah, namun karena kondisi bangunan tidak layak huni maka 25 orang anak anak panti Aisyiah yang berada di sebukar di titip inapkan di rumah masing masing, dn pihak panti saat ini hanya mampu memberikan bantuan makanan, pakaian dan biaya sekolah, habis mau diapakan lagi,?! Kata Wazirman,MM”
Nikmarijal,M.PdI Mahasiswa Program Strata 3 Universitas Pendidian Indonesia (UPI) Bandung-Jawa Barat yang juga warga Desa Sebukar kepada wartawan media ini membenarkan bahwa kondisi bangunan milik Muhamadiyah berupa 3 ruangan lokal untuk belalar sudah puluhan tahun tidak di manfaatkan dan terkesan di biarkan
Sebenarnya Gedung yang di bangun melalui bantuan Pimpinan Pusat Muhamadiyah itu dbangun dengan dana umat yang menelan dana cukup besar, sejak dibangun sekitar tahun 1997 hanya sekitar 3 tahun di manfaatkan sebagai campus jarak jarah STKIP Muhamadiyah, namun setelah STKIP memiliki bangunan permanen di Sungai Liuk, maka gedung sarana belajar yang di bangun PP Muhamadiyah tu otomatis di tingggalkan.
Sebaiknya pihak PD Muhamadiyah Kerinci perlu mempertimbangkan untuk merehab bangunan yang dibangun dengan biaya mahal itu, dari pada di biarkan hancur, lebh baik di manfaatkan sebagar Panti Asuhan Aisyiah, apalagi saat ini sekiytr 25- 30 orang anak anak Panti Asuhan Aisyiah di Sebukar belum memiliki asrana tempat menampung anak anak panti, dan informasinya anak anak panti hingga saat ini masih tingga di rumah orang tua/keluarga masing masing, pihak pengelola panti hingga saat ini baru mampu memberikan pelayanan dasar seperti membantu makanan,pakaian dan kebutuhan sekolah, dan bila kondisi seperti ini dibiarkan kita khawatir anak anak panti akan sulit dipantau karena mereka tidak tinggal di asrama atau di panti.”Kata Nikmarizal,M.Pd Kandidat Doktor UPI Bandung.(BJ-Rita)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar Blogger Facebook