Ribuan  warga masyarakat  adat Nenek Limo Hiang Tinggi Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten  Kerinci  Minggu 8/ 11 gelar acara ritual adat mandi gading di dalam lubuk sungai batang sangkir. Acara mandi gading  merupakan upacara ritual masyarakat adat nenek limo hiang tinggi dalam rangka memohon agar  hujan  turun .




            Sebelum kegiatan mandi gading dilaksanakan terlebih dahulu masyarakat adat di daerah ini  melakukan Shalat Istisqo di Lapangan Hijau  Hiang Tinggi  yang diikuti segenap lapisan masyarakat  adat di wilayah Nenek Limo Hiang Tinggi
            Nazaruddin,BA Gelar Depati Atur Bumi Hiang  kepada wartawan media ini  menyebutkan kemarau panjang yang melanda wilayah Hiang tinggi dan dibelahan negeri lain cukup mencemaskan  masyarakat terutama masyarakat petani yang ada di daerah ini, dan sesuai dengan sunnah Rasullullah  maka  para pemangku adat,Depati,Nenek mamak, para alim ulama,cerdik pandai yang tergabung dalam kaum  empat jenis melakukan musyawarah untuk menetapkan jadwal pelaksanaan Istisqo.

            Pada  hari Minggu 8/11 sesuai dengan hasil musyawarah  dilaksanakan shalat Istisqo yang di ikuti seluruh anak jantan dan anak betino  yang berada di lingkungan wilayah adat Nenek Limo  Hiang Tinggi dan segenap para pemangku adat.
            Setelah di laksanakan Shalat Istisqo, maka seluruh  Pemangku Adat di wilayah adat Nenek Limo Hiang  Tinggi   berkumpul di  rumah  salah seorang warga /anak betino  (rumah Gedang) untuk melaksanakan acara penurunan dan membersihkan  benda benda pusaka termasuk  membersihkan  Gading  Gajah .
            Upacara pembersihan diawali dengan pno adat yang disampaikan  pemangku adat, dan usai pno, beberapa orang anak jantan dan  anak betino dipimpin  salah seorang pemangku adat  dengan menggunakan tangga  menuju paha ( loteng) rumah  tempat benda benda pusaka  di simpan di dalam sebuah peti  yang berukuran sekitar 1 meter X 1,5 meter,
            Satu persatu benda benda pusaka seperti  Tanduk Kerbau dan Tanduk Kambing  bertuliskan aksara Incung ,Gading Gajah  sepanjang   lebih 1 meter  dengan berat  lebih 10 Kg,Tikar Sembahyang dan  sejumlah benda benda puska lainnya  dikeluarkan dari dalam peti di  mandikan dengan  menggosok gosok dan  membersihkan/mengelap  benda pusaka  dengan   aneka jenis air limau (jeruk)  yang sudah  dipersiapkan.

            Usai membersihkan benda pusaka dengan air limau, maka benda pusaka tersebut di tempatkan kembali  di dalam peti semula, sedangkan  Gading Gajah yang berusia ratusan tahun di turunkan untuk diperlihatkan kepada  segenap para pemangku adat ,alim ulama dan segenap anak jantan dan anak betino  di wilayah adat Nenek Limo Hiang Tinggi.
            Selanjutnya  Gading Gajah  sebarat lebih 10 kg  dibungkus dengan  kain sorban  bermotif batik  dan dibawa menuju  salah satu Lubuk  di Sungai  Batang Sangkir yang  air nya  mengalir ke  arah mudik  Hiang Tinggi  dan membelah  wilayah Kecamatan Sitinjau Laut  dan  mengalir   memasuki wilayah  Kecamatan Tanah Kampung -Kota Sungai Penuh  dan bermuara di Danau Kerinci.

            Sekitar 1.500 orang  masyarakat adat  nenek Limo Hiang Tinggi  mengiringi  gading gajah  yang dipikul salah seorang warga  menuju lubuk di kawasan  Sungai Batang Sangkir yang  mengalir deras dan penuh dengan bebatuan.
            Menjelang  Gading Gajah  di ceburkan kedalam lubuk  salah seorang ulama memimpin  pembacaan doa,usai pembacaan doa,  perlahan  lahan  Gading Gajah  berwarna kuning ke emasan itu di masukan ke dalam lubuk dan secara spontan puluhan masyarakat berhamburan  memperebutkan  gading gajah  yang  jatuh lubuk, perebutan  gading gajah  di dalam lubuk  semakin ramai dan meriah  dengan  turunnya ratusan  masyarakat  dari berbagai kelompom usia, acara  semakin ramai dan meriah setelah  beberapa orang masyarakat yang berada di dalam sungai dengan menggunakan ember  ember dan timba   menyirami warga yang berada di atas  daerah aliran Sungai.

            Meski harus berbasah basah ria  warga yang menonton denga senanghati membiarkan  tubuh dan pakaian  mereka basah di guyur air Sungai yang di  simburkan oleh  masyarakat yang tengah  berada di  dalam sungai memperebutkan  Gading Gajah  yang  dihanyutkan oleh  Air Sungai yang  mengalir deras.
            Lebih  5 Jam  masyarakat adat  nenek Limo Hiang Tinggi  berbasah basah ria  di dalam Sungai saling berebutan untuk mendapatkan  gading Gajah yang relatif berat.
            Jika salah seorang berhasil mendapatkan gading gajah ,maka puluhan masyarakat  yang lain berebutan  untuk mendapatkan, akibatnya  gading gajah tersebut  berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain.

            Suasana  tampak begitu gembira, sorak sorai penonton  bercampur bauh dengan  siraman air yang di semburkan oleh  masyarakat yang berada di dalam Sungai.
            Setelah puas  saling memperebutkan gading gajah, warga yang lelah naik ke atas daratan sambil menggotong gading gajah.
            Selanjutnya gading gajah yang sudah dibersihkan  kembali di bungkus  dengan sorban dan dipikul kembali  menuju rumah gedang.
            Dirumah gdang( rumah  pusaka) sejumlah pemangku adat  menerima  kembali Gading Gajah dan selanutnya  di bawa kembali  ketempat semula dan di simpan di dalam peti bersama dengan benda benda pusaka yang lain.
            Unieknya,air limau yang di gunakan untuk membersihkan  benda benda pusaka di tampung di dalam ember dan pasu dan dibungkus di dalam plastik yang telah disediakan dan dibagi bagikan  kepada segenap masyarakat adat  di wilayah adat nenek  Limo Hiang Tinggi dan perwakilan  dari masyarakat di wilayah adat desa tetangga.
( Bj.Rio Temenggung Tuo)       

            


-----------------------------------
(www.incung.com)
#sungaipenuh #kerinci #jambi #merangin #incung #explorekerinci #visitjambi #indonesiaheritage #kubu #sukuanakdalam #wonderfulindonesia #explorejambi #backpacker
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

Posting Komentar Blogger

 
Top